Kamis, 31 Mei 2012

Pedagogi

 


             Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.
Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates

Etimologi

Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).
Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Malcolm Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan pedagogi yaitu andragogi, yang merujuk pada ilmu dan seni mendidik orang dewasa

Selasa, 29 Mei 2012

Organizational Climate

Banyak sekali defenisi apa itu Iklim Organisasi menurut para ahli. Salah satunya menurut Hellriegel dan Slocum (1974), iklim organisasi merupakan konsensus dari persepsi para anggota mengenai mengenai bagaimana organisasi dan/atau subsistemnya berurusan dengan anggota dan lingkungannya.
            Karena konsep iklim organisasi ini didasarkan pada persepsi pribadi, kebanyakan ukuran dari konsep ini berdasarkan pada kuesioner. Kuesioner ini berisi berbagai pertanyaan kepada karyawan organisasi tentang persepsi mereka mengenai tujuan dan nilai prganisasi, perilaku dan kebijaksanaan pemimpin, dan aspek lain dari fungsinya. Ada beberapa kuesioner yang dikembangkan khusus untuk penggunaannya dalam organisasi bisnis antara lain The Organizational Climate Questionnaires (Litwin & Stringer, 1968) dan The Business Organizational  Climate Index (BOCI: Payne & Pheysey, 1971).
Dalam kuesioner BOCI ada beberapa pertanyaan yang digunakan. Dalam contoh di halaman 442 (L.N. Jewell) terdapat dua buah skala yaitu Skala Hubungan Perorangan yaitu bagaimana hubungan antar karyawan maupun antara karyawan dan atasannya. Kemudian ada Skala Rutin yang memberikan pertanyaan mengenai suasana organisasi yang dirasakan oleh karyawan. Kuesioner ini akan menyajikan beberapa pernyataan yang kemudian akan dipilih oleh karyawan apakah itu BENAR atau SALAH.
Penelitian tentang BOCI ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli psikologi, namun beberapa ahli psikologi juga mengungkapkan bahwa konsep ini terlalu sukar untuk diukur (Katz & Kahn, 1978). Campbell, Dunnette, Lawler, & Weick, 1970 juga mengemukakan masalah yang tidak mudah yaitu apakah kuesioner tersebut mengukur karakteristik organisasi atau karakteristik dari karyawan yang menjawab pertanyaan tersebut. Walaupun ada pro dan kontra terhadap kuesioner ini, namun penelitian dengan alat-alat yang tersedia tersebut pada saat ini menunjukkan bahwa iklim organisasi memang mempengaruhi perilaku dan sikap karyawan.


Behavioral and Attitudinal Correlates of Organizational Climate
Kesulitan psikolog industri dan organisasi dalam mencapai kata sepakat mengenai ukuran dan arti dari organizational climate telah menciptakan kesulitan yang berkaitan dalam usaha mereka untuk menyelidiki pengaruh variabel ini terhadap perilaku orang sewaktu kerja. Tetapi terdapat beberapa kesimpulan untuk saat ini, sebagai berikut :
1.      Pertama, banyak karakteristik dari organisasi yang berinteraksi untuk menciptakan climate tersebut. Perilaku managerial sepertinya adalah alat paling signifikan dimana karakteristik ini di komunikasikan kepada karyawan individual (e.g., Kozlowski & Doherty, 1989; Schneider, Gunnarson, & Niles-Jolly, 1994), tapi itu hanya satu-satunya ketentuan dari climate atau iklim.
2.      Kedua, bahwa jumlah dari variabel, termasuk alam dari pekerjaan individual dan kelompok bekerja dan hubungan dia serta kepribadiannya (e.g., Hershberger, Lichtenstein, & Knox, 1994) mempengaruhi cara sudut pandang setiap pandangan individual bahwa elemen variasi yang membuat climate.
3.      Ketiga, perbedaan individual juga mempengaruhi respon terhadap organizational climate,     bagaimanapun juga, hal tersebut dapat dirasakan. Ini berarti bahwa meskipun dua orang karyawan memahami iklim organisasi dengan cara yang sama, reaksi mereka mungkin berbeda terhadap iklim tersebut.

Organizational Climate and Job Satisfaction
          Berbagai riset para Psikolog I/O mengenai iklim organisasi, lebih memfokuskan kepada hubungan antara persepsi iklim secara keseluruhan dan kepuasan kerja. Sebuah riset dari Johannesson (1973) mengungkapkan bahwa adanya korelasi positif antara iklim dan kepuasan kerja, atau dengan kata lain keduanya memiliki perbedaan pada term-nya dan kesamaan pada fenomenanya.
Kini, banyak Psikolog I/O setuju bahwa konsep iklim organisasi dan kepuasan kerja pada kenyataannya adalah berbeda. Schneider dan Snyder (1975) menyarankan bahwa iklim organisasi adalah sebuah konsep deskriptif yang berdasarkan persepsi dari organisasi sosial. Sedangkan kepuasan kerja adalah sebuah konsep afektif berdasarkan perasaan tentang persepsi tersebut.
Schneider dan Snyder mengungkapkan perbedaan ini atraktif karena memungkinkan hubungan korelasi yang telah ditemukan diantar iklim organisasi dan kepuasan kerja. Korelasi positif akan diobservasi diantara dua variable yaitu lebih banyak persepsi positif mengenai iklim, dan lebih besar kepuasan kerja. Sementara pada situasi lain, iklim bisa menjadi tidak penting buat kepuasan kerja, jadi tidak ada korelasi antara keduanya jika hal ini terjadi.
Perbedaan deskriptif dan afektif yang dibuat oleh Schneider dan Snyder membantu untuk menjelaskan kelemahan hasil dari investigasi dalam hubungan antara langkah-langkah dari iklim dan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim mencakup performa kerja, absent, dan turnover, atau perilaku lainnya.
Singkatnya, iklim organisasi adalah konsep deskriptif berdasarkan persepsi individu dari lingkungan social sebuah organisasi. Ini akan cukup bukti, bilamana, iklim organisasi memberikan pengaruh pada perilaku pekerja untuk melanjutkan riset tentang persepsi pekerja terhadap karakteristik lingkungan kerja.

Sabtu, 19 Mei 2012

Families
2.1 Developmental changes in Parent-child relationships
 
Sebagai seseorang yang sudah tumbuh menjadi anak-anak awal, orang tua biasanya menghabiskan lebih sedikit waktu bersama anak tersebut. Dalam sebuah studi, orang tua menghabiskan waktu kurang dari setengah waktu dengan anak-anak mereka yang sudah  menginjak usia 5-12 tahun baik itu dalam hal pengasuhan, instruksi, membaca, berbicara dan bermain seperti ketika masih usia balita. Meskipun orang tua menghabiskan lebih sedikit waktu dengan anak-anak mereka tapi orang tua harus terus memperhatikan anak-anak mereka dengan ketat. Dalam anak usia awal, orang tua berfungsi sebagai penjaga dan memberikan perancah kepada anak-anak mereka yang akan memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk dapat menjadi lebih mandiri.
                Orang tua memainkan peranan penting dalam mendukung dan merangsang prestasi akademik anak-anak awal. Orang tua tidak hanya mempengaruhi anak dalam prestasi sekolah, tetapi mereka juga membuat penetapan tentang kegiatan anak-anak di luar sekolah,  dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua mendaftarkan anak-anak untuk mengikuti kegiatan tersebut dan mendorong partisipasi anak-anaknya.
               Anak SD cenderung lebih sedikit menerima disipline fisik dibanding ketika mereka masih anak-anak prasekolah. Orang tua tidak lagi memukul atau memaksa, orang tua lebih cenderung untuk melakukan perampasan hak istimewa, menarik harga diri anak, komentar dirancang untuk meningkatkan rasa bersalah pada anak dan dirancang agar anak bertanggung jawab atas setiap tindakannya.
            Masa anak-anak tengah, kendali ditransfer dari orang tua ke anak. Orang tua terus melakukan pengawasan umum dan kontrol, sementara anak-anak diperbolehkan untuk terlibat dalam momen peraturan diri. Kunci perkembangan anak menuju kemandirian adalah belajar untuk berhubungan dengan orang dewasa di luar keluarga secara teratur yang berinteraksi dengan anak yang jauh lebih berbeda daripada orang tua, seperti guru.

2.2 Parents as Managers

            Orang tua dapat memainkan peran penting sebagai manajer dari anak-anak, sebagai pemantau dari perilaku  mereka, dan sebagai pemrakarsa sosial. Ibu lebih cenderung untuk terlibat dalam peran manajerial dalam mengasuh anak.
peneliti telah menemukan bahwa keluarga praktik manajemen perusahaan berhubungan positif dengan nilai siswa dan tanggung jawab diri, dan negatif ke sekolah terkait masalah. Praktek keluarga yang paling penting dalam hal manajemen  ini adalah mempertahankan struktur dan lingkungan keluarga yang terorganisir, seperti mendirikan rutinitas untuk pekerjaan rumah, pekerjaan rumah tangga, tidur, dan seterusnya dan efektif dalam  memantau perilaku anak. Berdasarkan hasil penelitian  POF, keluarga berfungsi dalam prestasi akademik mahasiswa amerika afrika dan menemukan bahwa ketika orang tua amerika afrika dipantau prestasi akademik anak mereka dengan memastikan pekerjaan rumah yang selesai, waktu yang terbatas dihabiskan untuk dialog produktif dengan guru dan pejabat sekolah, sehingga prestasi akademik anak mereka diuntungkan
.

2.3 Adoptive family
Sepanjang sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya diperuntukkan bagi orang yang mandul; individu, orang yang sudah tua, pasangan gay dan lesbian, dan orang yang telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh. Adopsi terjadi melalui agensi public atau swasta atau melalui perjanjian independen antara orang tua kandung dan orang tua pengadopsi. Adopsi independen menjadi menjadi semakin umum.
Peningkatan persentase anak yang tersedia untuk adopsi oleh bukan keluarga terjadi pada bayi setelah satu tahun, yang berkelahiran luar negeri, atau yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini dikarenakan kemajuan dalam kontrasepsi dan legalisasi aborsi telah menurunkan jumlah bayi sehat kulit putih A.S yang dapat diadopsi.
Mengadopsi anak membawa tantangan tersendiri. Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul, orang tua adoptif harus berhadapan dengan si anak, membantu anak mengembangkan perasaan diri yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan orang tua biologis.
Mengacu kepada ulasan literatur, hanya ada sedikit perbedaan dalam penyesuaian antara anak yang diadopsi dan yang tidak. Anak yang diadopsi pada masa bayi berkecenderungan lebih kecil dalam memiliki masalah penyesuaian. Masalah yang muncul tampaknya mulai mengemukan sekitar masa kematangan seksual.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, adopsi terbuka (open adoption)—dimana setiap pihak berbagi informasi atau memiliki kontak langsung—menjadi semakin umum dilakukan.

2.4 When parents divorce
Jumlah perceraian meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1960. Satu dari tiga perkawinan bercerai dalam sepuluh tahun, dan lebih dari satu juta anak terlibat dalam perceraian setiap tahunnya.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi  penyesuaian anak pada perceraian antara lain yaitu usia anak atau kedewasaan, jenis kelamin, temperamen, dan penyesuaian psikologis dan sosial sebelum perceraian. Anak yang lebih muda lebih cemas terhadap perceraian, memiliki persepsi yang kurang realistis tentang apa  yang menyebabkannya, dan lebih cenderung menyalahkan diri sendiri, tetapi meskipun demikian mereka dapat beradaptasi lebih cepat daripada anak-anak lebih tua, dan lebih memahami apa yang sedang terjadi. Secara umum anak laki-laki merasa lebih sulit untuk menerima perceraian daripada  anak perempuan. Dalam kasus-kasus perceraian ibu yang paling sering mendapat hak asuh, tapi orangtua wali saat ini adalah tren yang sedang berkembang. Anak akan dapat menyesuaikan lebih baik ketika orang tua wali menciptakan struktur yang stabil, memelihara lingkungan dan tidak mengharapkan anak-anak untuk mengambil tanggung jawab lebih dari yang mereka siap.
Perwalian bersama (joint custody) bisa menjadi sangat berguna dalam beberapa kasus, karena kedua orang tua dapat terus menerus terlibat dengan anak. Ketika orang tua memiliki perwalian bersama legal, mereka berbagi hak dan tanggung jawab dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan anak. Ketika kedua orang tua tersebut berbagi perwalian fisik (physical custody) (yang jarang terjadi), si anak harus tinggal dalam jangka waktu tertentu bersama salah seorang dari mereka dan kemudian pindah ke yang lain. Perwalian bersama legal cenderung mendorong ayah yang tidak serumah lagi untuk lebih sering menjenguk anaknya dengan mendorong mereka mempertahankan peran orang tuanya.
Masalah emosional atau perilaku mungkin tampak dari konflik orangtua, baik sebelum dan setelah perceraian, dan juga perceraian itu sendiri. Kebanyakan anak dari perceraian akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan cukup baik. Tapi tetap saja mereka dua kali lebih banyak jumlahnya yang mengalami putus sekolah daripada anak dalam keluarga yang tidak dihadapkan dengan perceraian. Mereka juga lebih cenderung untuk menikah muda dan tidak stabil, hubungan yang tidak memuaskan, dimana mereka sendiri berakhir dengan perceraian.

2.5 Living in One-parent Family
Sebuah keluarga dengan satu  orang tua terjadi akibat perceraian atau perpisahan, orang tua tidak menikah, atau kematian. Sekitar satu dari enam keluarga di Amerika memiliki lebih dari empat kali lipat orang tua tunggal sejak tahun 1974, tampaknya sebagian besar karena peningkatan jumlah ayah memiliki hak wali setelah perceraian. Anak dengan orang tua tunggal cenderung  kurang baik secara sosial dan bidang pendidikan daripada anak-anak dengan dua orang tua. mereka cenderung memiliki tanggung jawab rumah tangga lebih banyak, lebih banyak konflik dengan saudara, kekompakan keluarga kurang, dan kurang saling mendukung, kurang kontrol atau disiplin dari ayah, jika itu adalah ayah yang absen dari rumah tangga. Ibu yang bercerai cenderung memiliki masalah dengan anak usia sekolah. Tidak hanya keterlibatan ayah, tetapi juga usia anak dan tingkat perkembangan, keadaan keuangan orang tuadan aspek lain dari situasi keluarga mempengaruhi bagaimana anak-anak berubah.

2.6 Living with Gay or Lesbian Parents
Beberapa gay dan lesbian membesarkan anak-anak yang lahir dari hubungan heteroseksual sebelumnya. Yang lain ada yang hamil dengan cara buatan, menggunakan ibu pengganti, atau mengadopsi anak. c. Orang tua gay atau lesbian biasanya memiliki hubungan positif dengan anak-anak mereka. Anak-anak gay dan laesbian tidak lebih cenderung menjadi homoseksual dengan sendirinya, atau menjadi bingung tentang gender mereka, daripada anak-anak heteroseksual. Temuan tersebut memiliki implikasi kebijakan sosial untuk keputusan hukum atas sengketa wali,  kunjungan, anak asuh, dan adopsi.

2.7 Sibling relationships


Dalam saudara kandung masyarakat miskin pertanian dan pastoral, yang lebih tua memiliki peran yang penting dalam  budayaOrangtua melatih anaknya mulai dari kecil yang diharapkan dapat melatih kembali adik perempuan dan saudara-saudaranya bagaimana mengumpulkan kayu bakar, membawa airdan menanam . Adik-adik menyerap nilai-nilai tidak berwujudl, seperti menghormati orang tua dan menempatkan kesejahteraan kelompok di atas kepentingan individu. Saudara dapat melawan dan bersaing, tetapi mereka melakukannya dalam aturan sosial dan peran. Dalam  masyarakat industri seperti Amerika Serikat, orang tua umumnya mencoba tidak membebankan anak yang lebih tua dengan menjaga yang lebih muda. Banyaknya jumlah saudara kandung dalam masyarakat non industri membantu keluarga melanjutkan karya dan menjadi  anggota yang lebih tua. Ditemukan bahwa perubahan hubungan saudara yang paling mungkin terjadi ketika salah satu saudara berada  antara usia 7 dan 9.
Saudara kandung pendorong  untuk mengalah setelah pertengkaran, karena mereka tahu bahwa mereka akan bertemu setiap hari. Saudara saling mempengaruhi, tidak hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung melalui dampaknya terhadap hubungan satu sama lain dengan orang tua. Sebaliknya, pola perilaku ditetapkan dengan orang tua cenderung meluas ke perilaku dengan saudara kandung.

Kamis, 17 Mei 2012


A.    BIOGRAFI SINGKAT ERICH FROMM
          Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Di kenal luas sebagai tokoh psikoanalisis dan filosof sosial. Fromm tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980. The Art of Loving adalah karyanya yang mendapat best seller dan To Have and To be adalah karyanya yang terrahir.



B.     TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM
         Teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif, namun fromm juga menjelaskan fungsi-fungsi sosio historik dari tipe kepribadian tersebut yang berhubungan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang di hadapi suatu masyarakat untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menrjemahkan kedalam unsure-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus di lakukan.

Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:


1.    Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pencinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. 
2.   Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsure dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifan dan kedestruktifan adalah hal biasa. 
3.   Sistem C. yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, penghianantan dan penuh dengan permusuhan.
 
              

     From juga menyebutkan dan menjelaskan tipe karakter social yang di temukan dalam masyarakat dewasa ini, yakni:
1.Tipe Reseptif (mengharap dukungan dari pihak luar)
2.Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3.Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4.Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5.Tipe Produktif ( karakter yang kreatif dan selalu berusaha untumenggunakan  barang-barang untuk suatu kemajuan)
6.Tipe Nekrofilus –biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus: orang yang mencintai kehidupan). Personal hubungan seseorang yang masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm.
Menurut Fromm ada validiltas proposisi-proposisi berikut:
1). Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan.
2). Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esesnsil ini.
3). Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan
4). Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.

A.  KONDISI EKSISTENSI MANUSIA

a.  Dilema Eksistensi
          menurut fromm, hakekat manusia juga bersifat dualistic.
Paling tidak ada empat dualistic didalam diri manusia:
1.    Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
    Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia meliputiperasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai, dan moral.

2.   Hidup dan mati
     Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinyadengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-usaha yang tidak sesuai dangan fakta bahwa kehidupan adan berahir dengan kematian.

3.   Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan
    Manusia mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai.

4.   Kesendirian dan kebersamaan
     Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bias menerima kesendirian. Manusia, kehidupan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan, merupakan kondisi dasar eksistensi manusia.
      Ada dua cara menhindari dilema eksistensi yaitu:
1.  Menerima otoritas dari luar dan tunduk kepada penguasa dan penyesuaikan diri dengan masyarakat.
2.   Orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.
B.  KEBUTUHAN MANUSIA
      Kebutuhan manusia menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan: Pertama, kebutuhan  untuk menjadikan bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari kebutuhan Ralatedness, Rootedness, Transcendence, Unity,dan Identity. Kedua, kebutuhan memahami dunia,mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia,yang terdiri dari kebutuhan Frame of devation, Excitation-stimulation, dan Effectiveness.

         a.      Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan
 1). Keterhubungan (relatedness): Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai,menjadi bagian dari sesuatu.Hubungan paling memuaskan bisa  positif  yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan  pengertian dari orang lain,bisa negatif yakni hubungan yang didasarkan pada kebutuhan atau kekuasaan.
2). Keberakaran (rootedness): Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki  ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap orang dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan. Dengan demikian dia akan tetap merasa  aman, tidak cemas, berda di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat, yakni mengidentifikasikan diri dengan sesuatu situasi, dan tidak mau bergerak maju untuk membuat ikatan baru dengan dunia baru.
3). Menjadi Pencipta (transcendency): Karena individu menyadari dirinya sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya merasa tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Transedensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).
4). Kesatuan (unity): kebutuhan untuk mengsatasi aksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam diri seseorang.
5). Identitas (identity): Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri Manusia harus merasakan dapat mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri.
b.  Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
  1). Kerangka orientasi (frame of orientation): Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya; tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan realitas yang menakutkan, mereka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan menganai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dbutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
2). Kerangka kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
3). Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation): Kebutuhan untuk melatih system syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Stimuli yang tidak cukup direaksi harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
4). Keefektivan (effectifity): Kebutuhan untuk menyadari aksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.

C.    MEKANISME MELARIKAN DIRI DARI KEBEBASAN

      Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Pada dasarnya asa dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam diantaranya: 
   1). Mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Oleh Fromm disebut pendekatan humanistic, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan, karena semua menjadi saudara dari yang lain.
    2). Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan intergritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman.
      Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di bawah kekuatan lain tersebut Fromm mekanisme pelarian.
Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting, yakni otoritarianisme, destruktif, dan konfomitas.
              a.      Otoritarianisme (authorianism)
         Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan mengabungkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya.
              b.      Perusakan (destructiveness)
        Destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usah membalas/merusak kekuatan orang lain, dan individu.
              c.      Penyesuaian (conformity)
           Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas dan menjadi apa saja yang di inginkan kekuatan dari luar.