Minggu, 05 Mei 2013


Laporan Micro Teaching
Oleh Kelompok 7

1.   Tema           : Pemanfaatan Barang Bekas
2.   Judul           : Pemanfaatan Kardus Bekas Menjadi Bingkai Foto
3.   Simpulan Hasil Observasi
Observasi dilakukan secara langsung ketika melakukan proses pengajaran dan kembali diobservasi lagi semua proses pengajaran dengan melihat hasil rekaman kelompok dalam bentuk audio visual. Kejadian-kejadian yang tidak terobservasi secara langsung ketika kegiatan mengajar dapat diketahui dan dilihat dari hasil rekaman. Anak-anak yang diobservasi adalah anak-anak yang berada di sekitar lingkungan rumah Yap Rima Sinaga di daerah Pasar 2 Padang Bulan, Medan. Berdasarkan observasi yang sebelumnya dilakukan, kelompok mengetahui bahwa anak-anak/siswa SD pada umumnya hanya belajar secara akademik saja dan cenderung hanya sebatas teori. Karena itu kelompok memutuskan untuk melakukan pengajaran yang membutuhkan praktek secara langsung. Dimana praktek yang dilakukan juga bermanfaat bagi anak-anak untuk dapat meningkatkan kreativitas.
Anak-anak dapat mengikuti bagaimana cara/proses pembuatan bingkai. Anak-anak disimpulkan memiliki rasa tertarik yang tinggi karena ketika proses pengajaran dilakukan anak-anak memperhatikan dengan baik dan dapat mempraktekkan juga dengan baik. Antusias anak-anak juga terlihat ketika beberapa kali mereka tidak sabar untuk menyelesaikan bingkai masing-masing dengan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha untuk mendesain sendiri bingkai foto. Berdasarkan observasi, anak-anak langsung dapat mengingat bagaimana tahap-tahap pembuatan bingkai berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya dan mereka dapat melakukannya dengan cukup baik.


4.      Perencanaan

Kami kelompok 7 terdiri dari saya Yap Rima O. Sinaga, Rosliana Karolina Manalu, dan Priscilla Debora Simanjuntak. Proses pembelajaran yang kelompok kami rencanakan adalah proses pembelajaran yang melibatkan praktek langsung dari anak-anak. Pada awalnya kelompok ingin membuat proses pembelajaran bertema "Go Greeen", dimana kegiatan praktek yang ingin dilakukan bersama anak-anak adalah kegiatan menanam pohon bersama. Namun sangat sulit untuk melakukan pembelajaran dengan melibatkan pohon. Pertimbangan yang kelompok lakukan berupa lahan yang digunakan untuk menanam pohon yang tidak ada, dan kalaupun ada akan sulit untuk membawa anak-anak pergi ke lahan tersebut. Karena itu kelompok kembali mengubah tema, mengubah tema yang tetap berhubungan dengan menjaga lingkungan, yaitu melakukan pengajaran yang melibatkan barang bekas sebagai media pembelajaran.
Barang bekas yang digunakan berupa kardus bekas. Kelompok memilih kardus bekas karena sangat mudah ditemukan disekitar lingkungan rumah, seperti kardus mie instan, kotak sepatu, dan kotak-kotak lainnya. Kardus bekas nantinya akan dibentuk menjadi bingkai foto. Bingkai foto adalah sesuatu yang cukup mudah diciptakan oleh anak-anak. Pengerjaannya tidak terlalu rumit. Karena itulah thema dari  pengajaran ini adalah pemanfaatan kardus bekas menjadi bingkai foto.
Hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran kepada anak-anak bahwa barang bekas masih dapat diolah kembali menjadi barang yang lebih berguna dimana terdapat nilai estetika juga dalamnya. Dalam pengerjaannya sangat dibutuhkan anak-anak yang mampu berperan aktif. Kegiatan ini direncanakan dilakukan di TK Solafide yang terletak di jalan Bunga Ncole, Medan. Melibatkan anak-anak dengan usia 4-5 tahun sebanyak 5-10 orang. Tanggal yang kelompok rencanakan adalah hari pelaksanaan yang sesuai dengan tanggal yang terdapat pada kontrak kuliah dalam hal pelaksanaan observasi dan proses pembelajran (1 April 2013).  Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam.  Tempat yang digunakan adalah ruangan kelas dari anak TK tersebut.
Namun setelah dikonsultasikan dengan Dosen Pengampu mata kuliah, kelompok kembali mempertimbangkan partisipan/anak-anak mana yang akan diajarkan. Pada akhirnya kelompok melalukan perencanaan kedua dan memutuskan untuk melibatkan anak-anak yang berada di sekitar lingkungan rumah yang berada di Sekolah Dasar sebanyak 3 orang. Karena menurut kelompok anak-anak SD lebih tepat diberikan pengajaran seperti yang direncanakan, dimana kemampuan motorik halusnya sudah lebih baik dan berkembang. Kegiatan ini direncanakan dilakukan di rumah Yap Rima Sinaga.

a. Landasan Teori
i.  Pertanyaan Esensial sebagai Aspek Strategis dalam Pedagogi
Seorang guru yang efektif harus menghabiskan banyak waktu untuk pertanyaan-pertanyaan strategis yang berkaitan dengan masalah-masalah pedagogis, seperti:
·         Bagaimana Mengelola pembelajaran dengan baik?
·         Bagaimana menjangkau anak-anak secara individual?
·         Bagaimana memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak?
·         Materi apa yang dibutuhkan?
·         Bagaimana cara meningkatkan mutu pengajaran kelas?
·         Bagaimana menumbuhkan budaya kelas untuk belajar?
·         Bagaimana guru belajar untuk memaksimalkan hasil?
·         Bagaimana guru membuat media pembelajaran dan apa kegunaannya dalam pembelajaran?
·         Apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana cara mengatasinya?

ii.   Dalam teori paedagogi, ada hal penting yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
·   Paedagogi efektif
Guru bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. dalam paedagogi efektif dibutuhkan keaktifan guru dalam menyalurkan bahan ajar kepada peserta didik. Guru harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk di kemajuan di bidang pedagogi. Ada bukti-bukti luas yang terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa. Siswa belajar paling baik jika guru:
o  Menciptakan lingkungan yang menunjung pembelajaran
o  Mendorong pemikiran reflektif dan tindakan
o  Meningkatkan relevansi pembelajaran baru
o  Memfasilitasi pembelajaran bersama
o  Membuat sambungan ke pembelajaran dan pengalaman sebelumnya
o  Memberikan kesempatan pada anak-anak untuk belajar.
·   Pemikiran Reflektif
Peserta didik belajar paling efektif ketika mereka mengembangkan kemampuan untuk eksis kembali dalam mengakuisisi informasi atau gagasan, dan bahwa mereka telah terlibat dengan dan berpikir tentang hal ini secara objektif. Pemikiran yang reflektif mengasimilasi pembelajar baru mengaitkannya dengan apa yang sudah mereka ketahui, mengadaptasikannya dengan tujuan mereka sendiri, dan menerjemahkan pikiran ke dalam tindakan.
Seiring perjalanan waktu, mereka mengembangkan kreativitas, meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis tentang informasi dan ide, dan kemampuan metakognitifnya, berupa kemampuan mereka berpikir tentang pemikiran mereka sendiri. Guru mendorong pemikiran semacam itu ketika merancang tugas dan kesempatan yang mengharuskan siswa untuk secara kritis menilai materi yang mereka gunakan dan mempertimbangkan tujuan yang awalnya diciptakan.
·   Kenikmatan belajar
Kelas yang optimal sering divisualisasikan sebagai sebuah sistem yang terstruktur dengan jelas, dimana guru adalah pusat dalam sebuah jaringan radial terorgansasi yang jari-jarinya terdefenisi dengan baik, dikemas dengan hati-hati dalam mengirim informasi kepada siswa yang terletak pada tepi radial itu.
iii.    Prinsip-prinsip Pedagogis
Menurut Fatima addine yang dimaksud dengan prinsip-prinsip proses pedagogis adalah arah proses pedagogis yang menjadi standard an prosedur tindakan yang menentukan dasar pedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian. Diantara prinsip-prinsip pedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis. Karakter ilmiah dan ideologis ini menyoroti bahwa setiap proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam koresponsendi total dengan ideology kita. Selain itu, prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan dua aspek penting: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.
Prinsip berikutnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena didasarkam kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan. Selanjutnya adalah mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan pada kepribadian peserta didik.
Proses pembelajaran Paedagogi memiliki karakteristik berikut ini:
o Fleksibel
o Terstruktur
o Berpusat pada siswa
o Kegiatan tatap muka
  
b.       Tujuan
 
·      Memenuhi tugas mata kuliah Paedagogi
·      Menginformasikan kegunaan dan pemanfaatan barang bekas menjadi barang yang berguna
·      Mengajarkan cara memanfaatkan barang bekas, yaitu kardus bekas menjadi bingkai foto
·      Meningkatkan kreativitas anak

c.      Manfaat
·      Kelompok mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang cara mengajar yang baik
·      Para siswa bisa tahu kegunaan dan cara memanfaatkan barang bekas
·      Para siswa dapat membuat bingkai foto dari kardus bekas
·      Para siswa lebih termotivasi untuk membuat sesuatu yang bisa digunakan dari barang bekas lainnya
 
d.      Lokasi
Salah satu rumah anggota kelompok, Jalan Seruling No 14, Pasar 2, Padang Bulan, Medane. 

e.    Waktu
1 April 2013 pukul 13.00-14.00

f.     Perlengkapan/ Alat Bantu
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
 
1.     Kardus bekas
2.     Doeble tip
3.     Gunting
4.     Kertas Origami sebagai hiasan
5.     Kertas majalah sebagai pengganti foto
6.     Plastik kaca
7.     Tikar sebagai tempat melakukan pengajaran
8.     Laptop sebagai alat perekam kegiatan pengajaran dan sebagai alat bantu dalam melakukan observasi

g.      Perincian Biaya
Alat dan bahan
Biaya
Kardus bekas                  
Rp –
Doeble tip                                    
Rp 5.000,00
Gunting                                      
Rp –
Kertas Origami sebagai hiasan      
Rp 6.000,00
Kertas majalah sbg pengganti foto 
Rp –
Plastik kaca                                 
Rp –
Kamera Laptop sebagai alat perekam        
Rp –
   Jumlah                                         
Rp 11.000,00
 
 
 5.      Pelaksanaan

Setelah beberapa kali berdiskusi untuk menetapkan tema serta kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, maka kelompok memutuskan untuk membuat kegiatan dengan tema pemanfaatan barang bekas. Kegiatan ini direncanakan dilakukan di TK Solafide dengan melibatkan anak-anak dengan usia 4-5 tahun sebanyak 10 orang. Namun setelah dikonsultasikan dengan Dosen Pengampu mata kuliah, kelompok kembali mempertimbangkan partisipan/anak-anak mana yang akan diajarkan. Pada akhirnya kelompok memutuskan untuk melibatkan anak-anak yang berada di sekitar lingkungan rumah yang berada di Sekolah Dasar sebanyak 3 orang. Karena menurut kelompok anak-anak SD lebih tepat diberikan pengajaran seperti yang direncanakan, dimana kemampuan motorik halusnya sudah lebih baik dan berkembang.
Namun ketika hari pelaksanaan, jumlah anak yang mengikuti proses pengajaran menjadi 4 orang, antara lain, Gabriel, Stefanus, Willi, dan Tari. Hal ini terjadi karena Stefanus bersedia ikut jika memilikiteman laki-laki. Keempat anak ini merupakan anak SD dan semuanya satu kelas dengan usia 10 tahun. Selain itu ada juga anak balita, keponakan salah satu anggota yang ikut hanya untuk menononton saja.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menjalankan proses pembelajaran ini disiapkan oleh kelompok dan sudah dibentuk pada awalnya, sehingga ketika pengerjaannya anak-anak tidak terlalu mendapatkan kesulitan dan mudah dalam pengerjaannya. Pelaksanaan micro teaching dimulai dengan menjelaskan bahwa di sekitar lingkungan tempat tinggal kita banyak sekali barang bekas yang biasanya akan langsung dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi. Selanjutnya menjelaskan bahwa barang bekas memiliki tersebut sebenarnya masih berguna dan memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah dengan mendaur ulang kardus menjadi sesuatu yang berseni dan berguna seperti bingkai foto.
Setelah melakukan penjelasan selanjutnya adalah memaparkan kepada anak-anak bahwa mereka akan diajarkan cara membuat bingkai foto dari kertas yang dimulai dengan mengenalkan alat dan bahan antara. Alat-alat sudah dikenalkan dan selanjutnya adalah melakukan praktek. Anggota kelompok selanjutnya menjelaskan sekaligus mempraktekkan cara pembuatannya. Praktek dilakukan sebanyak  2 kali. Praktek yang pertama dilakukan oleh anak-anak yang dibantu oleh anggota kelompok. Praktek yang kedua dilaksanakan dengan memberi kebebasan kepada anak-anak untuk melakukannya sendiri dan akan dibantu jika hanya anak-anak mendapat kesulitan. Namun kelompok tidak sepenuhnya membiarkan anak-anak mengerjakannya sendiri, tapi juga dengan memberikan petunjuk dan penuntun.
Proses pengajaran direkam secara audiovisual dengan menggunakan kamera laptop. Laptop diletakkan di kursi, sehingga semua proses pembelajaran dapat direkam dan semua anggota kelompok ikut terlibat dalam pengerjaannya. Pelaksanaan proses pembelajaran memakan waktu sekitar 1 jam.
Hasil yang didapatkan dari pelaksaan ini adalah berupa 2 bingkai foto untuk masing-masing anak.

Kegiatan
Maret
April
Mei
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Pemilihan Topik dan Kegiatan










Mendiskusikan Topik dengan Dosen Pengampu











Pelaksanaan Kegiatan











Mendiskusikan Hasil Kegiatan











Posting di Blog












 6.      Laporan Kegiatan (Uraian Observasi)
Kelompok melakukan praktek sebanyak dua kali untuk melihat apakah anak-anak sudah mampu membuat sendiri dan melakukannya kembali di rumah masing-masing. Pada praktek pertama, anak-anak diajarkan cara pembuatannya dengan bantuan juga dari anggota kelompok. Pada praktek yang ke dua anak-anak lebih diberikan kebebasan untuk dapat melaksanakannya sendiri-sendiri. Kelompok hanya akan membantu jika anak-anak mendapatkan kesulitan dalam pengerjaannya.
Selama proses pengajaran, komunikasi antara anak berjalan dengan baik karena sudah saling mengenal, hal terlihat dari candaan anak-anak, tertawa bersama dll.Ketika anggota kelompok menjelaskan tentang teori barang bekas, anak-anak memperhatikannya dengan fokus. Hal ini terlihat dari pandangan anak-anak yang tertuju pada orang yang berbicara dan aktif dalam bertanya. Ketika diajukan pertanyaan anak-anak juga aktif menjawab. Berikut ini akan diuraikan hasil dari observasi untuk masing-masing anak 

  •  Willi : Saat anggota kelompok mulai memberi instruksi kepada anak-anak tetang bagaimana cara membuatnya, Willi pada awalnya masih memperhatikan anggota kelompok yang menerangkan. Sorotan matanya masih tertuju pada anggota kelompok dan masing mengikuti instruksi. Namun setelah berjalan waktu sekitar setengan jam sering sekali Willi langsung melakukan sesuatu tanpa diinstruksikan terlebih dahulu dan mendesak anggota kelompok untuk menjawab setiap pertanyaannya terkait penggunaan benda-benda yang sebenarnya belum diinstruksikan. Di tengah-tengah proses pembelajaran, willi duduk menjauh dan meninggalkan pekerjaannya dengan bermain seruling. Willi tidak lagi melihat ke arah pembicara dan sudah sibuk dengan alat musiknya. Ketika salah satu anggota kelompok meminta perhatian Willi, Willi kembali memberikan perhatiannya dengan mengerjakan kembali apa yang diinstruksikan meskipun sesekali Willi kembali tidak melihat pekerjaannya dan berhenti. Ketika membuat hiasan Willi meletakkan hiasannya di tengah-tengah foto, bukan di bagian bingkai yang telah dikerjakan.
  • Stefanus: Selalu focus dalam mendengarkan, terlihat dari kemaunnya melakukan segala sesuatunya setelah diberi indtruksi. Stefanus tidak banyak berbicara. Berbicara saat dia mengalami kesulitan dalam pengerjaannya dengan brtanya langsung kepada anggota keompok. Ketika ditanya stefanus juga langsung menjawab. Pada umumnya apa yang dilakukan Stefanus pada praktek pertama sama dengan praktek yang kedua. Pandangan Stefanus pada umumnya masih tertuju pada anggota kelompok dan pada pekerjaannya. Stefanus membuat hiasan, tepat seperti apa yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Stefanus lupa ketika ditanyakan nama salah satu bahan yang digunakan, padahal kelompok dan anak-anak sebelumnya sudah mengenalkan nama benda tersebut berkali-kali, namun Stefanus tetap lupa.
  • Gabriel : sama halnya dengan Willi, Gabriel juga cenderung melakukan sesuatu sebelum diinstruksikan menanyakan setiap benda kapan akan digunakan. Gabriel banyak bertanya. Sekali terlihat Gabriel memukul kepala tari. Gabriel juga menukarkan hasil kerjanya dengan hasil kerja anggota kelompok ditengah-tengah proses pembuatan tanpa seijin anggota kelompok. Ketika anggota kelompok membagikan bahan yang dibutuhkan, Gabriel langsung meminta bagiannya, sepertinya Gabriel takut tidak kebagian. Gabriel dapat mengerjakan tugasnya dengan baik di praktek yang kedua dengan mengulang-ulang tahap pembuatannya. Berbeda dengan pengerjaan yang pertama ketika Gabriel mengerjakannya dengan cepat-cepat dan hasilnya terbalik. Ketika Stefanus salah menyebutkan nama benda, suara Gabriel yang paling keras untuk membetulkannya.
  • Tari : melakukan segala sesuatu dibawah instruksi, menjawab ketika ditanyakan, dan bertanya ketika butuh bantuan. Selama proses pembuatan, Tari tidak banyak berbicara. Tari mencoba membuat hasil kerjanya terlihat sempurna terlihat dari perilakunya yang mengulang-ulang setiap tahap pengerjaan bingkai. Tari melepaskan apa yang telah ditempel dan menempelnya lagi, hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Ketika kepalanya dipukul oleh Gabriel, Tari tidak membalas, hanya mengusap bagian kepala yang dipukul. Namun secara keseluruhan Tari lebih banyak diam.
 
7.      Hasil Kegiatan
Hasilnya adalah ketika dilakukan praktek untuk yang kedua kalinya, anak-anak terlihat sudah memahami bagaimana cara melakukannya dan mereka sudah mampu untuk membuatnya sendiri. Masing-masing anak membawa pulang 2 bingkai sebagai hasil yang telah mereka kerjakan. Sedangkan kelompok berhasil melakukan proses pengajaran yang sederhana untuk anak-anak. Kegiatan yang kelompok lakukan juga sudah sesuai dengan teori yang ada di buku. Berikut adalah bentuk kesesuaiannya:

Ditinjau Dari Teori Paedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer
Dimulai dengan menjawab pertanyaan esensial
  • Bagaimana Mengelola pembelajaran dengan baik?
Untuk mengelola pembelajaran degan baik, pertama kali kelompok kami memulai dengan penjelasan beberapa teori yang bersifat ilmiah. Menjelaskan bagaimana pemanfatan dari barang bekas. Selanjutnya dengan melakukan praktek langsung dalam suasana yang menyenangkan.
  • Bagaimana menjakau anak-anak secara individual?
Kelompok pertama-tama memperkenalkan diri secara pribadi. selanjutnya memita anak-anak juga memperkenalkan diri mereka. Setelah itu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga, studi, dll.
  • Bagaimana memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak?
anak menyenangi hal-hal baru yang belum pernah dia lakukan. Anak-anak memiliki rasa igin tahu yang tinggi. serta ada keinginan untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan pembelajaran. Karena itu, anak-anak dilibatkan dengan kegiata praktek langsug dengan menggunakan bahan yang sudah ada.

Dalam teori paedagogi, ada hal penting yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
  • Paedagogi efektif
Guru bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. dalam paedagogi efektif dibutuhkan keaktifan guru dalam menyalurkan bahan ajar kepada peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran. kelompok melakukannya dengan posisi duduk di tikar untuk lebih memudahkan anak-anak melakukan praktek. Selain itu guru juga memfasilitasi pembelajaran bersama. dalam hal ini, kelompok melakukannya dengan menyiapkan bahan ajar dan bahan praktek. Guru yang efektif juga harus memberikan kesempatan pada anak-anak untuk belajar. Kelompok memberikan kesempatan langsung kepada anak-anak untuk dapat membuat bingkai foto masing-masing.
  • Pemikiran Reflektif
Peserta didik belajar paling efektif ketika mereka mengembangkan kemampuan untuk eksis kembali dalam mengakuisisi informasi atau gagasan, dan bahwa mereka telah terlibat dengan dan berpikir tentang hal ini secara objektif. kelompok memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam hal membuat bingkai foto. pemikiran yang reflektif ini didukung oleh adanya pembelajaran baru, Dalam pembelajaran baru, kelompok memberikan sesuatu, pengalaman baru untuk anak-anak dengan cara memberikan materi yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bekas ; Pembelajaran bersama yaitu ketika anak-anak mempraktekkannya secara bersama-sama, sehingga mereka juga dapat membandinkan hasil karyanya dengan karya temannya ; koneksi pengalaman, peserta didik mendapatkan pengalaman baru dan menghubungkannya dalam dunia yang lebih luas; kesempatan belajar, kelompok mendapatkan kesempatan belajar dengan terlibat secara langsung, berlatih dan mentransfer pembelajaran baru.
  • Kenikmatan belajar
kelas yang optimal sering divisualisasikan sebagai sebuah sistem yang terstruktur dengan jelas, dimana guru adalah pusat dalam sebuah jaringan. Kelompok menjadi pusat dalam proses pembelajaran ini.


8.      Evaluasi
a.       Perencanaan
Untuk diskusi dalam perencanaannya, kelompok sudah melakukannya dengan cukup baik.kekurangannya mungkin terdapat pada komunikasi yang kurang maksimal antar anggota kelompok. Kelompok melakukan diskusi perencanaan sebanyak 3 kali. Dalam waktu yang 3 kali ini, kelompok mengubah tema awal yang berhubungab dengan menannam pohon dengan tema yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bekas. Ketika melakukan perencanaan, kelompok juga melakukannya dengan cukup baik yaitu dengan mempertimbangka banyak hal, seperti anak-anak yang akan diajarkan, usia, tempat, waktu dan media pengajaran yang digunakan. Sehingga pada akhirnya kelompok dapat melaksanakan kegiatan dengan baik yang mungkin tetap saja tidak sempurna.
b.      Pelaksanaan
Pelaksanaannya dilakukan dengan baik karena kelompok telah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kelompok juga sudah memahami dan menguasai bagaimana cara membuat bingkai foto. Sehingga ketika penjelasannya kelompok tidak terlalu mendapatkan kesulitan. Anak-anak yang mengikui proses pengajaran juga pada umumnya bersikap baik dan memberi Effort yang positif untuk kami. Pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang telah kelompok rencanakan. Pengajarannya juga menurut kelompok sudah cukup baik dimana anak-anak juga sudah mempu praktek sendiri ketika dilakukan praktek yang kedua.
c.       Kendala
Kendala yang kelompok hadapi terutama terletak pada pemilihan anak-anak yang akan diobservasi dan diajarkan. Kelompok beberapa kali mengubah rencana untuk melakukan observasi dan pengajaran kepada kelompok anak yang mana.
d.      Kemudahan
Kelompok mudah dalam melakukan pengajaran dan observasi, karena kelompok telah menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan, menguasai pengerjaan bingkai yang menurut kelompok cukup sederhana untuk diterapkan pada anak-anak yang akan diajarkan. Biaya dalam melakukan kegiatan juga tergolong murah, karena kelompok hanya memanfaatkan barang-barang yang telah ada dan barang-barang bekas. Kelompok juga cukup mudah untuk melakukan penyesuaian waktu dalam pengerjaanny.
 

9. Dokumentasi dalam bentuk audiovisual


 
1
10.      Testimoni

     Yap Rima Oktavya Sinaga  

             Ketika dijelaskan mengenai tugas observasi dan pengajaran, awalnya saya bingung bagaimana akan mengerjakannya. Namun setelah membaca kembali kontrak kuliah dan ditambah dengan penjelasan dari Dosen saya dapat semakin mengerti. Tugas ini pastinya mendorong saya untuk bisa belajar bekerja sama. Saya senang bekerja sama dengan teman sekelompok saya, ada Rosliana dan Priscilla. Dalam pengerjaannya kami dapat lebih mengenal satu dengan yang lain. Saya menikmati melakukan pengajaran terhadap adik-adik yang bersedia mengikuti proses pengajaran. Melalui tugas kelompok ini, saya semakin memahami bahwa dalam melakukan pengajaran, kita tidak harus melakukannya secara formal dan dengan kegiatan yang rumit, namun kita dapat mengajarkan sesuatu yang sederhana tetapi bermanfaat yang dilakukan secara informal. Saya juga semakin memahami pentingnya seni di dalam mengajar. Seni mengajar ini salah satunya dapat dilakukan dengan praktek langsung. Saya senang dan merasa bangga dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga untuk tugas-tugas berikutnya saya tetap semangat dan dapat bekerja lebih optimal lagi, sehingga hasilnya yang diperoleh juga memuaskan.   

      Rosliana K Manalu

            Pada awalnya saya menganggap tugas mengajar anak-anak adalah sesuatu yang mudah. Namun ternyata, tidak semudah yang dibayangkan. Dimana, dalam pelaksanaannya sendiri, saya menjumpai bahwa ternyata tidak mudah untuk menarik perhatian mereka agar mendengarkan penjelasan dari kami. Konsentrasi mereka juga cepat buyar apabila ada yang mengganggu, sehingga kami harus lebih memperhatikan mereka dan mengulang beberapa tahap agar mereka paham. Overall, saya cukup senang dalam mengerjakan tugas ini, karena saya jadi tahu bagaimana rasanya jadi guru, dan saya jadi tahu bagaimana perasaan seorang pengajar apabila peserta didiknya tidak memperhatikan ketika pengajarnya berbicara.

Priscilla D R S
        Saya sempat berpikir tugas ini akan mudah karena karena toh mengajar anak-anak, apalagi anak SD pasti mereka mudah mengerti instruksi yang diberikan. Saat pelaksanaan, ternyata mengajar anak-anak tidak semudah yang dibayangkan, setiap anak punya karakter yang berbeda dan saya cukup kebingungan menentukan cara mengajar agar anak-anak ini mau tertarik dengan materi yang kami ajarkan, terlebih kami mengajarkan tentang barang bekas, untungnya mereka tertarik dan antusias saat proses pelaksanaan, mereka juga bangga dengan hasil karya mereka. Hal ini membuat saya sadar bahwa menentukan gaya mengajar dan cara memilih dan menyampaikan suatu materi itu memang penting dan tidak bisa sembarangan.