Laporan Micro Teaching
Oleh Kelompok 7
1. Tema : Pemanfaatan Barang Bekas
2. Judul : Pemanfaatan Kardus Bekas Menjadi Bingkai Foto
3. Simpulan Hasil Observasi
Observasi
dilakukan secara langsung ketika melakukan proses pengajaran dan kembali
diobservasi lagi semua proses pengajaran dengan melihat hasil rekaman kelompok
dalam bentuk audio visual. Kejadian-kejadian yang tidak terobservasi secara
langsung ketika kegiatan mengajar dapat diketahui dan dilihat dari hasil
rekaman. Anak-anak yang diobservasi adalah anak-anak yang berada di sekitar
lingkungan rumah Yap Rima Sinaga di daerah Pasar 2 Padang Bulan, Medan.
Berdasarkan observasi yang sebelumnya dilakukan, kelompok mengetahui bahwa
anak-anak/siswa SD pada umumnya hanya belajar secara akademik saja dan cenderung
hanya sebatas teori. Karena itu kelompok memutuskan untuk melakukan pengajaran
yang membutuhkan praktek secara langsung. Dimana praktek yang dilakukan juga
bermanfaat bagi anak-anak untuk dapat meningkatkan kreativitas.
Anak-anak
dapat mengikuti bagaimana cara/proses pembuatan bingkai. Anak-anak disimpulkan
memiliki rasa tertarik yang tinggi karena ketika proses pengajaran dilakukan
anak-anak memperhatikan dengan baik dan dapat mempraktekkan juga dengan baik.
Antusias anak-anak juga terlihat ketika beberapa kali mereka tidak sabar untuk
menyelesaikan bingkai masing-masing dengan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha
untuk mendesain sendiri bingkai foto. Berdasarkan observasi, anak-anak langsung
dapat mengingat bagaimana tahap-tahap pembuatan bingkai berdasarkan apa yang
telah dijelaskan sebelumnya dan mereka dapat melakukannya dengan cukup baik.
4.
Perencanaan
Kami kelompok 7 terdiri dari saya
Yap Rima O. Sinaga, Rosliana Karolina Manalu, dan Priscilla Debora Simanjuntak.
Proses pembelajaran yang kelompok kami rencanakan adalah proses pembelajaran
yang melibatkan praktek langsung dari anak-anak. Pada awalnya kelompok ingin
membuat proses pembelajaran bertema "Go Greeen", dimana
kegiatan praktek yang ingin dilakukan bersama anak-anak adalah kegiatan menanam
pohon bersama. Namun sangat sulit untuk melakukan pembelajaran dengan
melibatkan pohon. Pertimbangan yang kelompok lakukan berupa lahan yang
digunakan untuk menanam pohon yang tidak ada, dan kalaupun ada akan sulit untuk
membawa anak-anak pergi ke lahan tersebut. Karena itu kelompok kembali mengubah
tema, mengubah tema yang tetap berhubungan dengan menjaga lingkungan,
yaitu melakukan pengajaran yang melibatkan barang bekas sebagai media
pembelajaran.
Barang bekas yang digunakan berupa
kardus bekas. Kelompok memilih kardus bekas karena sangat mudah ditemukan
disekitar lingkungan rumah, seperti kardus mie instan, kotak sepatu, dan
kotak-kotak lainnya. Kardus bekas nantinya akan dibentuk menjadi bingkai foto.
Bingkai foto adalah sesuatu yang cukup mudah diciptakan oleh anak-anak.
Pengerjaannya tidak terlalu rumit. Karena itulah thema dari pengajaran
ini adalah pemanfaatan kardus bekas menjadi bingkai foto.
Hal ini dilakukan untuk memberikan
pelajaran kepada anak-anak bahwa barang bekas masih dapat diolah kembali
menjadi barang yang lebih berguna dimana terdapat nilai estetika juga dalamnya.
Dalam pengerjaannya sangat dibutuhkan anak-anak yang mampu berperan aktif.
Kegiatan ini direncanakan dilakukan di TK Solafide yang terletak di jalan Bunga
Ncole, Medan. Melibatkan anak-anak dengan usia 4-5 tahun sebanyak 5-10 orang.
Tanggal yang kelompok rencanakan adalah hari pelaksanaan yang sesuai dengan
tanggal yang terdapat pada kontrak kuliah dalam hal pelaksanaan observasi dan
proses pembelajran (1 April 2013). Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam.
Tempat yang digunakan adalah ruangan kelas dari anak TK tersebut.
Namun
setelah dikonsultasikan dengan Dosen Pengampu mata kuliah, kelompok kembali
mempertimbangkan partisipan/anak-anak mana yang akan diajarkan. Pada akhirnya
kelompok melalukan perencanaan kedua dan memutuskan untuk melibatkan anak-anak
yang berada di sekitar lingkungan rumah yang berada di Sekolah Dasar sebanyak 3
orang. Karena menurut kelompok anak-anak SD lebih tepat diberikan pengajaran
seperti yang direncanakan, dimana kemampuan motorik halusnya sudah lebih baik
dan berkembang. Kegiatan ini direncanakan dilakukan di rumah Yap Rima Sinaga.
a. Landasan Teori
i. Pertanyaan
Esensial sebagai Aspek Strategis dalam Pedagogi
Seorang guru yang efektif harus menghabiskan
banyak waktu untuk pertanyaan-pertanyaan strategis yang berkaitan dengan
masalah-masalah pedagogis, seperti:
·
Bagaimana Mengelola pembelajaran dengan baik?
·
Bagaimana menjangkau anak-anak secara individual?
·
Bagaimana memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak?
·
Materi apa yang dibutuhkan?
·
Bagaimana cara meningkatkan mutu pengajaran kelas?
·
Bagaimana menumbuhkan budaya kelas untuk belajar?
·
Bagaimana guru belajar untuk memaksimalkan hasil?
·
Bagaimana guru membuat media pembelajaran dan apa
kegunaannya dalam pembelajaran?
·
Apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana
cara mengatasinya?
ii.
Dalam teori paedagogi, ada hal penting yang harus
diperhatikan, sebagai berikut:
· Paedagogi
efektif
Guru bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa.
dalam paedagogi efektif dibutuhkan keaktifan guru dalam menyalurkan bahan ajar
kepada peserta didik. Guru harus menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami percepatan,
termasuk di kemajuan di bidang pedagogi. Ada bukti-bukti luas yang
terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara
konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa. Siswa
belajar paling baik jika guru:
o
Menciptakan
lingkungan yang menunjung pembelajaran
o Mendorong pemikiran reflektif dan
tindakan
o Meningkatkan relevansi pembelajaran
baru
o Memfasilitasi
pembelajaran bersama
o Membuat
sambungan ke pembelajaran dan pengalaman sebelumnya
o Memberikan
kesempatan pada anak-anak untuk belajar.
·
Pemikiran Reflektif
Peserta
didik belajar paling efektif ketika mereka mengembangkan kemampuan untuk eksis
kembali dalam mengakuisisi informasi atau gagasan, dan bahwa mereka telah
terlibat dengan dan berpikir tentang hal ini secara objektif. Pemikiran yang
reflektif mengasimilasi pembelajar baru mengaitkannya dengan apa yang sudah
mereka ketahui, mengadaptasikannya dengan tujuan mereka sendiri, dan
menerjemahkan pikiran ke dalam tindakan.
Seiring
perjalanan waktu, mereka mengembangkan kreativitas, meningkatkan kemampuan
mereka untuk berpikir kritis tentang informasi dan ide, dan kemampuan
metakognitifnya, berupa kemampuan mereka berpikir tentang pemikiran mereka
sendiri. Guru mendorong pemikiran semacam itu ketika merancang tugas dan
kesempatan yang mengharuskan siswa untuk secara kritis menilai materi yang
mereka gunakan dan mempertimbangkan tujuan yang awalnya diciptakan.
· Kenikmatan
belajar
Kelas yang
optimal sering divisualisasikan sebagai sebuah sistem yang terstruktur dengan
jelas, dimana guru adalah pusat dalam sebuah jaringan radial terorgansasi yang
jari-jarinya terdefenisi dengan baik, dikemas dengan hati-hati dalam mengirim
informasi kepada siswa yang terletak pada tepi radial itu.
iii. Prinsip-prinsip
Pedagogis
Menurut
Fatima addine yang dimaksud dengan prinsip-prinsip proses pedagogis adalah arah
proses pedagogis yang menjadi standard an prosedur tindakan yang menentukan
dasar pedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian.
Diantara prinsip-prinsip pedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan
ideologis dari proses pedagogis. Karakter ilmiah dan ideologis ini menyoroti
bahwa setiap proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling
maju di bidang sains kontemporer dan dalam koresponsendi total dengan ideology
kita. Selain itu, prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan dua aspek
penting: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik
manusia.
Prinsip
berikutnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan
proses, karena didasarkam kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran
yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan. Selanjutnya adalah mengkombinasikan
karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan pada
kepribadian peserta didik.
Proses
pembelajaran Paedagogi memiliki karakteristik berikut ini:
o
Fleksibel
o
Terstruktur
o
Berpusat pada siswa
o
Kegiatan tatap muka
b.
Tujuan
· Memenuhi tugas mata kuliah Paedagogi
· Menginformasikan kegunaan dan pemanfaatan barang bekas
menjadi barang yang berguna
· Mengajarkan cara memanfaatkan barang bekas, yaitu kardus
bekas menjadi bingkai foto
· Meningkatkan kreativitas anak
c.
Manfaat
· Kelompok mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang cara
mengajar yang baik
· Para siswa bisa tahu kegunaan dan cara memanfaatkan barang
bekas
· Para siswa dapat membuat bingkai foto dari kardus bekas
· Para siswa lebih termotivasi untuk membuat sesuatu yang bisa
digunakan dari barang bekas lainnya
d. Lokasi
Salah satu rumah anggota kelompok,
Jalan Seruling No 14, Pasar 2, Padang Bulan, Medane.
e. Waktu
1
April 2013 pukul 13.00-14.00
f. Perlengkapan/ Alat Bantu
Adapun
alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Kardus
bekas
2.
Doeble
tip
3.
Gunting
4.
Kertas
Origami sebagai hiasan
5.
Kertas
majalah sebagai pengganti foto
6.
Plastik
kaca
7.
Tikar
sebagai tempat melakukan pengajaran
8.
Laptop
sebagai alat perekam kegiatan pengajaran dan sebagai alat bantu dalam melakukan
observasi
g. Perincian Biaya
Alat dan bahan
|
Biaya
|
Kardus
bekas
|
Rp –
|
Doeble
tip
|
Rp 5.000,00
|
Gunting
|
Rp –
|
Kertas Origami sebagai
hiasan
|
Rp 6.000,00
|
Kertas majalah sbg pengganti
foto
|
Rp –
|
Plastik
kaca
|
Rp –
|
Kamera Laptop sebagai alat perekam
|
Rp –
|
Jumlah
|
Rp
11.000,00
|
5. Pelaksanaan
Setelah
beberapa kali berdiskusi untuk menetapkan tema serta kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan, maka kelompok memutuskan untuk membuat kegiatan dengan tema
pemanfaatan barang bekas. Kegiatan ini direncanakan dilakukan di TK Solafide
dengan melibatkan anak-anak dengan usia 4-5 tahun sebanyak 10 orang. Namun
setelah dikonsultasikan dengan Dosen Pengampu mata kuliah, kelompok kembali
mempertimbangkan partisipan/anak-anak mana yang akan diajarkan. Pada akhirnya
kelompok memutuskan untuk melibatkan anak-anak yang berada di sekitar
lingkungan rumah yang berada di Sekolah Dasar sebanyak 3 orang. Karena menurut
kelompok anak-anak SD lebih tepat diberikan pengajaran seperti yang
direncanakan, dimana kemampuan motorik halusnya sudah lebih baik dan
berkembang.
Namun ketika
hari pelaksanaan, jumlah anak yang mengikuti proses pengajaran menjadi 4 orang,
antara lain, Gabriel, Stefanus, Willi, dan Tari. Hal ini terjadi karena
Stefanus bersedia ikut jika memilikiteman laki-laki. Keempat anak ini merupakan
anak SD dan semuanya satu kelas dengan usia 10 tahun. Selain itu ada juga anak
balita, keponakan salah satu anggota yang ikut hanya untuk menononton saja.
Bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk menjalankan proses pembelajaran ini disiapkan oleh
kelompok dan sudah dibentuk pada awalnya, sehingga ketika pengerjaannya
anak-anak tidak terlalu mendapatkan kesulitan dan mudah dalam pengerjaannya.
Pelaksanaan micro teaching dimulai dengan menjelaskan bahwa di sekitar
lingkungan tempat tinggal kita banyak sekali barang bekas yang biasanya akan
langsung dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi. Selanjutnya menjelaskan bahwa
barang bekas memiliki tersebut sebenarnya masih berguna dan memiliki banyak
manfaat. Salah satunya adalah dengan mendaur ulang kardus menjadi sesuatu yang
berseni dan berguna seperti bingkai foto.
Setelah
melakukan penjelasan selanjutnya adalah memaparkan kepada anak-anak bahwa mereka
akan diajarkan cara membuat bingkai foto dari kertas yang dimulai dengan
mengenalkan alat dan bahan antara. Alat-alat sudah dikenalkan dan selanjutnya
adalah melakukan praktek. Anggota kelompok selanjutnya menjelaskan sekaligus
mempraktekkan cara pembuatannya. Praktek dilakukan sebanyak 2 kali. Praktek yang pertama dilakukan oleh
anak-anak yang dibantu oleh anggota kelompok. Praktek yang kedua dilaksanakan
dengan memberi kebebasan kepada anak-anak untuk melakukannya sendiri dan akan
dibantu jika hanya anak-anak mendapat kesulitan. Namun kelompok tidak
sepenuhnya membiarkan anak-anak mengerjakannya sendiri, tapi juga dengan
memberikan petunjuk dan penuntun.
Proses
pengajaran direkam secara audiovisual dengan menggunakan kamera laptop. Laptop
diletakkan di kursi, sehingga semua proses pembelajaran dapat direkam dan semua
anggota kelompok ikut terlibat dalam pengerjaannya. Pelaksanaan proses
pembelajaran memakan waktu sekitar 1 jam.
Hasil yang
didapatkan dari pelaksaan ini adalah berupa 2 bingkai foto untuk masing-masing
anak.
Kegiatan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
|||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Pemilihan Topik dan Kegiatan
|
✪
|
✪
|
||||||||||
Mendiskusikan Topik dengan Dosen
Pengampu
|
✪
|
|||||||||||
Pelaksanaan Kegiatan
|
✪
|
|||||||||||
Mendiskusikan Hasil Kegiatan
|
✪
|
|||||||||||
Posting di Blog
|
✪
|
6. Laporan Kegiatan (Uraian Observasi)
Kelompok melakukan praktek
sebanyak dua kali untuk melihat apakah anak-anak sudah mampu membuat sendiri
dan melakukannya kembali di rumah masing-masing. Pada praktek pertama,
anak-anak diajarkan cara pembuatannya dengan bantuan juga dari anggota
kelompok. Pada praktek yang ke dua anak-anak lebih diberikan kebebasan untuk
dapat melaksanakannya sendiri-sendiri. Kelompok hanya akan membantu jika
anak-anak mendapatkan kesulitan dalam pengerjaannya.
Selama proses pengajaran,
komunikasi antara anak berjalan dengan baik karena sudah saling mengenal, hal
terlihat dari candaan anak-anak, tertawa bersama dll.Ketika anggota kelompok
menjelaskan tentang teori barang bekas, anak-anak memperhatikannya dengan fokus.
Hal ini terlihat dari pandangan anak-anak yang tertuju pada orang yang
berbicara dan aktif dalam bertanya. Ketika diajukan pertanyaan anak-anak juga
aktif menjawab. Berikut ini akan diuraikan hasil dari observasi untuk
masing-masing anak
- Willi : Saat anggota kelompok mulai memberi instruksi kepada anak-anak tetang bagaimana cara membuatnya, Willi pada awalnya masih memperhatikan anggota kelompok yang menerangkan. Sorotan matanya masih tertuju pada anggota kelompok dan masing mengikuti instruksi. Namun setelah berjalan waktu sekitar setengan jam sering sekali Willi langsung melakukan sesuatu tanpa diinstruksikan terlebih dahulu dan mendesak anggota kelompok untuk menjawab setiap pertanyaannya terkait penggunaan benda-benda yang sebenarnya belum diinstruksikan. Di tengah-tengah proses pembelajaran, willi duduk menjauh dan meninggalkan pekerjaannya dengan bermain seruling. Willi tidak lagi melihat ke arah pembicara dan sudah sibuk dengan alat musiknya. Ketika salah satu anggota kelompok meminta perhatian Willi, Willi kembali memberikan perhatiannya dengan mengerjakan kembali apa yang diinstruksikan meskipun sesekali Willi kembali tidak melihat pekerjaannya dan berhenti. Ketika membuat hiasan Willi meletakkan hiasannya di tengah-tengah foto, bukan di bagian bingkai yang telah dikerjakan.
- Stefanus: Selalu focus dalam mendengarkan, terlihat dari kemaunnya melakukan segala sesuatunya setelah diberi indtruksi. Stefanus tidak banyak berbicara. Berbicara saat dia mengalami kesulitan dalam pengerjaannya dengan brtanya langsung kepada anggota keompok. Ketika ditanya stefanus juga langsung menjawab. Pada umumnya apa yang dilakukan Stefanus pada praktek pertama sama dengan praktek yang kedua. Pandangan Stefanus pada umumnya masih tertuju pada anggota kelompok dan pada pekerjaannya. Stefanus membuat hiasan, tepat seperti apa yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok. Stefanus lupa ketika ditanyakan nama salah satu bahan yang digunakan, padahal kelompok dan anak-anak sebelumnya sudah mengenalkan nama benda tersebut berkali-kali, namun Stefanus tetap lupa.
- Gabriel : sama halnya dengan Willi, Gabriel juga cenderung melakukan sesuatu sebelum diinstruksikan menanyakan setiap benda kapan akan digunakan. Gabriel banyak bertanya. Sekali terlihat Gabriel memukul kepala tari. Gabriel juga menukarkan hasil kerjanya dengan hasil kerja anggota kelompok ditengah-tengah proses pembuatan tanpa seijin anggota kelompok. Ketika anggota kelompok membagikan bahan yang dibutuhkan, Gabriel langsung meminta bagiannya, sepertinya Gabriel takut tidak kebagian. Gabriel dapat mengerjakan tugasnya dengan baik di praktek yang kedua dengan mengulang-ulang tahap pembuatannya. Berbeda dengan pengerjaan yang pertama ketika Gabriel mengerjakannya dengan cepat-cepat dan hasilnya terbalik. Ketika Stefanus salah menyebutkan nama benda, suara Gabriel yang paling keras untuk membetulkannya.
- Tari : melakukan segala sesuatu dibawah instruksi, menjawab ketika ditanyakan, dan bertanya ketika butuh bantuan. Selama proses pembuatan, Tari tidak banyak berbicara. Tari mencoba membuat hasil kerjanya terlihat sempurna terlihat dari perilakunya yang mengulang-ulang setiap tahap pengerjaan bingkai. Tari melepaskan apa yang telah ditempel dan menempelnya lagi, hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Ketika kepalanya dipukul oleh Gabriel, Tari tidak membalas, hanya mengusap bagian kepala yang dipukul. Namun secara keseluruhan Tari lebih banyak diam.
7. Hasil Kegiatan
Hasilnya adalah ketika dilakukan
praktek untuk yang kedua kalinya, anak-anak terlihat sudah memahami bagaimana
cara melakukannya dan mereka sudah mampu untuk membuatnya sendiri.
Masing-masing anak membawa pulang 2 bingkai sebagai hasil yang telah mereka
kerjakan. Sedangkan kelompok berhasil melakukan proses pengajaran yang
sederhana untuk anak-anak. Kegiatan yang kelompok lakukan juga sudah sesuai
dengan teori yang ada di buku. Berikut adalah bentuk kesesuaiannya:
Ditinjau Dari Teori Paedagogi, TIK,
dan Fenomena Kontemporer
Dimulai dengan menjawab pertanyaan
esensial
- Bagaimana Mengelola pembelajaran dengan baik?
Untuk mengelola pembelajaran degan
baik, pertama kali kelompok kami memulai dengan penjelasan beberapa teori yang
bersifat ilmiah. Menjelaskan bagaimana pemanfatan dari barang bekas.
Selanjutnya dengan melakukan praktek langsung dalam suasana yang menyenangkan.
- Bagaimana menjakau anak-anak secara individual?
Kelompok pertama-tama memperkenalkan
diri secara pribadi. selanjutnya memita anak-anak juga memperkenalkan diri
mereka. Setelah itu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga, studi,
dll.
- Bagaimana memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak?
anak menyenangi hal-hal baru yang
belum pernah dia lakukan. Anak-anak memiliki rasa igin tahu yang tinggi. serta
ada keinginan untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Karena itu, anak-anak dilibatkan dengan kegiata praktek langsug dengan
menggunakan bahan yang sudah ada.
Dalam teori paedagogi, ada hal
penting yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
- Paedagogi efektif
Guru bertanggungjawab untuk
mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. dalam paedagogi efektif dibutuhkan
keaktifan guru dalam menyalurkan bahan ajar kepada peserta didik. Hal ini dapat
dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran. kelompok
melakukannya dengan posisi duduk di tikar untuk lebih memudahkan anak-anak
melakukan praktek. Selain itu guru juga memfasilitasi pembelajaran bersama.
dalam hal ini, kelompok melakukannya dengan menyiapkan bahan ajar dan bahan
praktek. Guru yang efektif juga harus memberikan kesempatan pada anak-anak
untuk belajar. Kelompok memberikan kesempatan langsung kepada anak-anak untuk
dapat membuat bingkai foto masing-masing.
- Pemikiran Reflektif
Peserta didik belajar paling efektif
ketika mereka mengembangkan kemampuan untuk eksis kembali dalam mengakuisisi
informasi atau gagasan, dan bahwa mereka telah terlibat dengan dan berpikir
tentang hal ini secara objektif. kelompok memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam hal membuat bingkai foto.
pemikiran yang reflektif ini didukung oleh adanya pembelajaran baru, Dalam
pembelajaran baru, kelompok memberikan sesuatu, pengalaman baru untuk anak-anak
dengan cara memberikan materi yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bekas
; Pembelajaran bersama yaitu ketika anak-anak mempraktekkannya secara
bersama-sama, sehingga mereka juga dapat membandinkan hasil karyanya dengan
karya temannya ; koneksi pengalaman, peserta didik mendapatkan pengalaman baru
dan menghubungkannya dalam dunia yang lebih luas; kesempatan belajar, kelompok
mendapatkan kesempatan belajar dengan terlibat secara langsung, berlatih dan
mentransfer pembelajaran baru.
- Kenikmatan belajar
kelas yang
optimal sering divisualisasikan sebagai sebuah sistem yang terstruktur dengan jelas,
dimana guru adalah pusat dalam sebuah jaringan. Kelompok menjadi pusat dalam
proses pembelajaran ini.
8. Evaluasi
a. Perencanaan
Untuk
diskusi dalam perencanaannya, kelompok sudah melakukannya dengan cukup
baik.kekurangannya mungkin terdapat pada komunikasi yang kurang maksimal antar
anggota kelompok. Kelompok melakukan diskusi perencanaan sebanyak 3 kali. Dalam
waktu yang 3 kali ini, kelompok mengubah tema awal yang berhubungab dengan
menannam pohon dengan tema yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bekas.
Ketika melakukan perencanaan, kelompok juga melakukannya dengan cukup baik
yaitu dengan mempertimbangka banyak hal, seperti anak-anak yang akan diajarkan,
usia, tempat, waktu dan media pengajaran yang digunakan. Sehingga pada akhirnya
kelompok dapat melaksanakan kegiatan dengan baik yang mungkin tetap saja tidak
sempurna.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaannya
dilakukan dengan baik karena kelompok telah menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu. Kelompok juga sudah memahami dan menguasai bagaimana cara membuat
bingkai foto. Sehingga ketika penjelasannya kelompok tidak terlalu mendapatkan
kesulitan. Anak-anak yang mengikui proses pengajaran juga pada umumnya bersikap
baik dan memberi Effort yang positif untuk kami. Pelaksanaan yang dilakukan
sudah sesuai dengan apa yang telah kelompok rencanakan. Pengajarannya juga
menurut kelompok sudah cukup baik dimana anak-anak juga sudah mempu praktek
sendiri ketika dilakukan praktek yang kedua.
c. Kendala
Kendala
yang kelompok hadapi terutama terletak pada pemilihan anak-anak yang akan
diobservasi dan diajarkan. Kelompok beberapa kali mengubah rencana untuk
melakukan observasi dan pengajaran kepada kelompok anak yang mana.
d. Kemudahan
Kelompok
mudah dalam melakukan pengajaran dan observasi, karena kelompok telah
menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan, menguasai pengerjaan bingkai yang
menurut kelompok cukup sederhana untuk diterapkan pada anak-anak yang akan
diajarkan. Biaya dalam melakukan kegiatan juga tergolong murah, karena kelompok
hanya memanfaatkan barang-barang yang telah ada dan barang-barang bekas.
Kelompok juga cukup mudah untuk melakukan penyesuaian waktu dalam pengerjaanny.
9. Dokumentasi dalam bentuk audiovisual
1
10. Testimoni
Yap Rima Oktavya Sinaga
Ketika dijelaskan mengenai tugas observasi dan pengajaran,
awalnya saya bingung bagaimana akan mengerjakannya. Namun setelah membaca
kembali kontrak kuliah dan ditambah dengan penjelasan dari Dosen saya dapat
semakin mengerti. Tugas ini pastinya mendorong saya untuk bisa belajar bekerja
sama. Saya senang bekerja sama dengan teman sekelompok saya, ada Rosliana dan
Priscilla. Dalam pengerjaannya kami dapat lebih mengenal satu dengan yang lain.
Saya menikmati melakukan pengajaran terhadap adik-adik yang bersedia mengikuti
proses pengajaran. Melalui tugas kelompok ini, saya semakin memahami bahwa
dalam melakukan pengajaran, kita tidak harus melakukannya secara formal dan
dengan kegiatan yang rumit, namun kita dapat mengajarkan sesuatu yang sederhana
tetapi bermanfaat yang dilakukan secara informal. Saya juga semakin memahami
pentingnya seni di dalam mengajar. Seni mengajar ini salah satunya dapat
dilakukan dengan praktek langsung. Saya senang dan merasa bangga dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga untuk tugas-tugas berikutnya saya tetap semangat dan dapat bekerja lebih
optimal lagi, sehingga hasilnya yang diperoleh juga memuaskan.
Rosliana K
Manalu
Pada awalnya
saya menganggap tugas mengajar anak-anak adalah sesuatu yang mudah. Namun
ternyata, tidak semudah yang dibayangkan. Dimana, dalam pelaksanaannya sendiri,
saya menjumpai bahwa ternyata tidak mudah untuk menarik perhatian mereka agar
mendengarkan penjelasan dari kami. Konsentrasi mereka juga cepat buyar apabila
ada yang mengganggu, sehingga kami harus lebih memperhatikan mereka dan
mengulang beberapa tahap agar mereka paham. Overall, saya cukup senang dalam
mengerjakan tugas ini, karena saya jadi tahu bagaimana rasanya jadi guru, dan
saya jadi tahu bagaimana perasaan seorang pengajar apabila peserta didiknya
tidak memperhatikan ketika pengajarnya berbicara.
Priscilla D R S
Saya
sempat berpikir tugas ini akan mudah karena karena toh mengajar anak-anak,
apalagi anak SD pasti mereka
mudah mengerti instruksi yang diberikan. Saat pelaksanaan, ternyata mengajar
anak-anak tidak semudah
yang dibayangkan, setiap anak punya karakter yang berbeda dan saya cukup
kebingungan menentukan
cara mengajar agar anak-anak ini mau tertarik dengan materi yang kami ajarkan,
terlebih kami mengajarkan tentang barang bekas,
untungnya mereka tertarik dan antusias saat proses pelaksanaan, mereka juga bangga dengan hasil karya mereka.
Hal ini membuat saya sadar bahwa menentukan gaya mengajar dan cara memilih dan menyampaikan suatu materi itu memang
penting dan tidak bisa
sembarangan.