Tes Intelegensi
Tes intelegensi itu dirasakan sangat penting didorong oleh
kesadaran akan perlunya memperlakukan manusia secara individual sesuai dengan
kapasitas dan petensinya masing masing, terurama bila menyangkut bidang
pekerjaan dan pendidikan.
Pada abad XIV, di Cina, telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para
pelamar jabatan pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para
pelamar harus mengikuti ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan konvusion
klasik dan mengenai kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari
semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat
distrik kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan
sajak. Dalam ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya
barulah ujian tingkat akhir diadakan di peking dimana diantara para peserta
terakhir ini hanya lulus 3% saja. Lulusan ini kemudian diangkat menjadi
mandarin dan bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap
ujian tersebut hanya 5 diantara 100.000 pelamar yang akhirnya menjadi mandarin.
Rintisan Cattel
Mungkin suatu kebetulan, bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat
pada kempuan yang bersifat umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha
pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak
di amerika serikat dan perancis.
Di amerika, usaha pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes
mental”, james McKeen cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya mental tes
and measuremens di tahun 1890. buku ini berisi serangkaian tes intelegensi yang
terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut adalah :
1. dinamo meter peasure, yaitu ukuran kekuatan tangan menekan pegas yang
dianggap sebagai indikator aspek psikofisiologis.
2. rate of movement, yaitu kecepatan gerak tangan dalam satuan waktu tertentu
yang dianggap memiliki komponen mental didalamnya.
3. sensation areas, yaitu pengukuran jarak terkecil diantara 2 tempat yang
terpisah dikulit yang masih dapat dirasakan sebagai 2 titik berbeda.
4. peasue caosing pain, yaitu pengukuran yamg dianggap berguna dalam diaknosis
terhadap penyakit saraf dan dalam mempelajari status kesadaran abnormal.
5. least noticabele difference in weight, yaitu pengukuran perbedaan berat yang
terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang.
6. reaction time for sound, yang mengukur waktu antara pemberian stimulus
dengan timbulnya reaksi tercepat.
7. time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap proses yang
lebih”mental”daripada waktu-reaksi yang dianggap reflektif.,
8. bisection of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu ukuran terhadap
akurasi “ space judgment’
9. judgment of 10second time, yang dimaksudkan sebagai ukuran akurasi dalam
‘time judgment’( subyek diminta menghitung 10 detik tampa bantuan apapun).
10. number of latters repeated upon once hearing, yang dimaksudkan sebagai
ukuran terhadap perhatian dan ingatan( subyek diminta mengulang huruf yang
sudah disebutkan 1x)
skala skala binet-simon (alfred binet, 1857-1911)
dilakukan dengan cara mengukur lingkaran tempurung anak-anak (metoda
kraniometri) untuk mengukur ketajaman bayangan, ketahanan dan kualitas
perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika, dan kecakapan
kesalahan logika serta memahami kalimat-kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar